Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

INDEKS KEMATANGAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN PADA BUAH TOMAT RAMPAI



            



I.                   DASAR TEORI



Lampung, Permatep. Tanaman tomat rampai merupakan tanaman semusim yang berasal dari daerah dataran rendah Peru. Tomat rampai tumbuh pada ketinggian kurang dari 1000 m di atas permukaan laut. Dalam sistem taksonomi, tanaman tomat rampai diklarifikasikan sebagai berikut :
Divisi               : Spermathophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Subkelas          : Metachlamidae
Ordo                : Solanales
Genus              : Lycopersicon
Spesies            : Lycopersicon pimpinellefolium
Buah tomat rampai berwarna merah tua apabila telah masak dengan ukuran buah lebih kecil dibandingkan dengan tomat buah umumnya.tanaman ini memiliki batang ramping, sangat bercabang, dan berbulu halus, dengan berbunga banyak yang tersusun dalam tandan, pembungaannya biasanya tidak terbatas.Bunga dapat membuah sendiri, buah tomat rampai yang berkembang sempurna berwarna merah, lir-kismis, dan berdiameter sekitar 1 cm. Buah tomat rampai adalah buni (beri) berdaging, permukaannya agak berbulu ketika masih muda, warna buah matang biasanya merata adalah merah, merah jambu, tangerine (jingga muda), jingga, kuning atau tidak berwarna. Ketika matang, biji dikelilingi oleh gel yang normalnya memenuhi rongga buah (Tugiyono. 2005).

Tomat rampai dapat tumbuh hampir di semua tempat, baik dataran rendah atau dataran tinggi.  tomat tidak menyukai daerah yang bertanah basah dengan curah hujan yang terlalu tinggi. Hal ini karena tomat sangat rentan terhadap berbagai serangan penyakit yang umumnya disebabkan oleh cendawan, seperti cendawan Phythoptora infestans dan sejenisnya. Tomat rampai tidak dianjurkan ditanam pada tanah yang tergenang atau becek, karena pada keadaan demikian akar tanaman tomat akan rentan membusuk dan tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya secara optimal. Untuk pertumbuhan optimal, tanaman tomat menghendaki tanah yang memiliki aerasi dan draenase yang baik, derajat keasaman 5 sd 6, sedikit mengandung pasir, mengandung banyak humus, dan untuk tomat genjah struktur tanah liat berpasir akan lebih baik. Untuk produksi optimal, tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari, namun sinar yang terlalu terik dengan suhu yang terlalu tinggi juga cenderung tidak disukai oleh tomat. Tanaman yang memiliki nama botani Solanum lycopersicum L. ini tidak menyukai hujan yang terlalu lebat, daerah yang terlalu berawan, angin kering, dan udara panas. Suhu optimum untuk pertumbuhan tomat adalah 23 derajat Celcius pada siang hari dan 17 derajat Celcius pada malam hari. Suhu yang terlalu tinggi serta diikuti dengan kelembaban relatif tinggi dapat memicu berkembangnya penyakit deaun, sedangkan kelembaban relatif yang rendah akan dapat menhambat proses pembentukan bunga dan buah. Pembentukan buah sangat dipengaruhi oleh suhu malam hari. pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa suhu malam yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tomat tidak mempu melakukan pembentukan bunga sama sekali. Sedangkan pada suhu yang terlalu rendah, yakni di bawah 10 derajat Celcius, tepung sari akan mati dan tidak banyak yang dapat melakukan pernyerbukan(Cahyono Bambang. 2008).

Pada masa panennya, biasanya pemanenan buah rampai dilakukan dengan cara dipetik. pemetikan buah tomat rampai dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam tergantung pada varietasnya. Varietas tomat yang tergolong indeterminatre memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru bisa dipetik buahnya. Penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan, bagian tepi daun tua telah mongering, batang tanaman menguning/mongering(Pracaya. 1998).
Beberapa manfaat kandungan gizi dalam tomat ceri antara lain kaya akan Vitamin B-6, dan Vitamin A.
Kebutuhan B-6 sangat penting bagi tubuh. seseorang yang masih berusia di bawah 50 tahun, membutuhkan sekitar 1.3 miligram vitamin B-6 per harinya. Setelah usianya mencapai di atas 50 tahun, maka kebutuhan vitamnn B-6 meningkat sehingga perlu menambahkan asupan menjadi sebanyak 1.5 hingga 1.7 miligram. Seporsi tomat ceri mengandung sekitar 0.11 miligram vitamin, didominasi oleh vitamin B-6 yang membantu memetabolisme protein dan mendukung perkembangan kognitif serta fungsi otak. Nutrisi ini membantu produksi sel darah merah dalam tubuh dan memperkuat fungsi imun tubuh.
Vitamin  A juga mempunyai peran penting bgai tubuh. Seporsi tomat ceri, setara dengan 63 mikrogram vitamin A yang sudah memenuhi sebagian dari 700 mikrogram yang diperlukan wanita, dan 900 mikrogram yang diperlukan oleh pria setiap harinya. Vitamin A membantu menyehatkan mata, serta menjaga mata dari kondisi penyakit degenerasi macular yang disebabkan oleh pertambahan usia. Vitamin A juga membantu tubuh memproduksi sel darah putih dan menjaga fungsi jantung, paru-paru dan ginjal. Manfaat  lain dari tomat cery antara lain Mengatasi dan mencegah kanker. khasiat tomat ceri untuk kanker yaitu mencegahnya dan juga mengatasinya. Buah ini akan menjaga kesehatan sel tubuh Anda. Namun jika Anda sudah terindikasi terkena penyakit kanker, Anda masih bisa mengonsumsi buah ini sembari tetap memeriksakan diri ke dokter(Cahyono, B. 1998).

Tujuan praktikum.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui indeks kematangan berdasarkan tingkat kepadatan pada tomat rampai


II.                METODELOGI PRAKTIKUM



2.1.   Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada 2 april 2018, dilaksanakan di laboratorium bioproses dan pascapanen, Universitas Lampung.

2.2.   Dan Bahan.
Adapun alat yang digunakan adalah tabung reaksi, timbangan, alat tulis, dan buku tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air dan 6 buah tomat rampai.
2.3.       Prosedur kerja.
Adapun prosedur kerja dalam praktikum ini ialah sebagai berikut.

1.        Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
2.        Dipilih tomat rampai dari yang muda sampai yang sudah matang
3.        Ditimbang masing masing tomat
4.        Dimasukkan tomat kedalam tabung reaksi yang sudah diisi air
5.        Diamati pertambahan volume air pada setiap tomat yang dimasukkan kealam tabung reaksi.
6.        Hasil.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
       Dari percobaan yang telah dilakukan, dengan volume awal air dalam tabung adalah 50 ml, diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut.
No
Tomat
Berat tomat
(g)
Pertambahan volume
(ml)
1
A
5.08
5 ml
2
B
4.31
4 ml
3
C
3.77
3 ml
4
D
2.92
4 ml
5
E
3.33
3 ml
6
F
3.76
4 ml

Grafik indeks kematangan pada buah rampai.



3.2. Pembahasan
       Telah dilaksanakan praktikum dengan percobaan mengetahui indeks kematagnan berdasarkan tingkat kepadatan pada buah rampai. Praktikum ini dilaksanakan pada 2 april, 2018. Pelaksanaan praktikum ini dilakukan di laboratorium rekayasa bioproses dan pascapanen, jurusan teknik pertanian, fakultas pertanian, universitas lampung.
       Hasil  pengamatan yang diperoleh dari percobaan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut.
       Dari sampel tomat rampai, diperoleh bahwa pada sampel 1 – 6 memiliki berat masing masing 5.08 gram, 4.31 gram, 3.77 gram, 2.92 gram, 3.33 gram, dam 3.76 gram. Setelah dimasukkan kedalam tabung reaksi yang memiliki volume air awal 50 gram, masing masing sampel mengakibatan pertambahan volume air, yaitu 5 ml, 4 ml, 3 ml, 4 ml, 3 ml, dan 4 ml. dengan demikian, diperoleh nilai kepadatan buah untuk sampel 1-6 berturut turut adalah, 1016 kg/m³, 1077.5 kg/m³, 1256.6 kg/m³, 730 kg/m³, 1110 kg/m³, 940 kg/m³.
       Buah tomat yang telah dipanen akan tetap melangsungkan respirasi. Proses respirasi pada tomat terjadi dengan cepat dan menyebabkan pembusukan. Hal ini terjadi karena perubahan-perubahan kimia dalam buah tomat dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C-menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O, dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah yang menyebabkan pembusukan. Selain respirasi, buah tomat juga masih melakukan transpirasi. Aktivitas tersebut tidak dibarengi oleh aktivitas fotosintesis sehingga senyawa tertentu dirombak dan air menguap tanpa ada pasokan baru. Karena itulah tomat dikenal sebagai buah klimaterik karena masa simpannya yang pendek.
       Pada saat mentah, umumnya buah memiliki tekstur yang keras dan semakin melunak selama proses pematangan. Keras atau lunaknya buah dipengaruhi oleh kandungan pektin di dalamnya. Pektin merupakan karbohidrat kompleks alami yang ditemukan pada dinding sel semua tumbuhan dengan jumlah bervariasi. Pektin ditemukan dalam dinding sel tumbuhan. Pektin berfungsi mengatur aliran air antara sel dan memberikan kekakuan pada sel.
       Pektin dalam buah tekandung dalam bentuk zat pektik yang mudah terhidrolisa. Zat pektik ini terdapat di dalam middle lamella dari sel-sel buah. Kekerasan buah disebabkan oleh kadungan pektin yang tidak larut air. Selama proses pematangan buah zat pektik akan terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut air sehingga total zat pektik akan menurun kadarnya dan komponen yang larut air akan meningkat jumlahnya yang mengakibatkan buah menjadi lunak. (Muchtadi, 2010)
       Selain berbentuk pektin, karbohidrat pada buah juga terdapat dalam bentuk pati, yang terlihat saat buah masih dalam keadaan mentah yaitu berbentuk tepung. Pada beberapa jenis buah seperti apel atau mangga yang belum matang, akan terasa tekstur bertepung. Tepung itu merupakan salah satu bentuk karbohidrat dalam buah yang lama kelamaan akan menghilang selama proses pematangan buah. Karbohidrat dalam bentuk pati akan berubah menjadi fruktosa dan glukosa. Seperti kandungan asam organik, fruktosa dan glukosa ini juga mempengaruhi tingkat kemanisan buah matang nantinya. Selain fruktosa dan glukosa, karbohidrat ini akan berubahn menjadi monosakarida lain seperti arabinosa dan sorbitol (gula alkohol).
    Perubahan fisiologi yang terjadi sealam proses pematangan adalah terjadinya proses respirasi kliamterik, diduga dalam proses pematangan oleh etilen mempengaruhi respirasi klimaterik melalui dua cara, yaitu etilen mempengaruhi permeabilitas membran, sehingga permeabilitas sel menjadi besar, hal tersebut mengakibatkan proses pelunakan sehingga metabolisme respirasi dipercepat. Selama klimaterik, kandungan protein meningkat dan diduga etilen lebih merangsang sintesis protein pada saat itu.  Protein yang terbentuk akan terlihat dalam proses pematangan dan proses klimaterik mengalami peningkatan enzim-enzim respirasi.

IV.             KESIMPULAN



Dari percobaan yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut.
1.             Tomat rampai merupakan buah klimakterik yang laju respirasinya cepat. Laju respirasi yang cepat akan mempercepat proses pematangan.
2.             Indeks kematangan berdasarkan tingkat kepadatan buah dipengaruhi oleh kadar pectin didalam buah.
3.             Tomat rampai merupakan buah klimakterik yang masa simpannya pendek.

DAFTAR PUSTAKA



       Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Cahyono Bambang. 2008.Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen(Edisi revisi). Kanisisus. Yogyakarta.
        Pracaya. 1998. Bertanam Tomat. Kanisius. Yogyakarta.
        Tugiyono. 2005.Tanaman Tomat. Agromedia Pustaka. Jakarta.






Posting Komentar untuk "INDEKS KEMATANGAN BERDASARKAN TINGKAT KEPADATAN PADA BUAH TOMAT RAMPAI "