Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI - ANGIN

 

 

 

 

 

ANGIN

 (Laporan Praktikum Agroklimatologi Kelas B)

 

Oleh

 

            KELOMPOK 4 :

            Adelia Dewi Briany                            1954071002

            Annisa Tiara Sari                                1954071012

            HarfitSyah Aryan Putra                      1814071036

            M. Jakarya Harahap                            1914071010

            Muhammad Alif Utama                      1914071030

            Salsa Dinara Pangestu                              1914071046

  

 


 

 

 

 

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020




I. PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Angin adalah aliran udara yang terjadi diatas permukaan bumi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang berdekatan.Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh suhu udara sebagai akibat perbadaan pemanasan permukaan bumi oleh matahari. Semakin besar tekanan udara maka semakin kencang pula angin yang akan ditimbulkan. Angin juga termasuk salah satu unsur iklim yang mempunyai peranan penting dalam interaksi antara laut dan atmsofer sehingga mendapat perhatian tidak hanya dalam penelitian meteorologi saja tetapi juga dalam penelitian kelautan. Bagi dinamika perairan laut terutama di lapisan permukaan angin merupakan sumber energi utama.

 

Transfer energi dari angin permukaan ke laut akan menyebabkan terjadinya gelombang laut dan arus permukaan laut. Angin lokal contohnya terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di dua tempat yang berdekatan seperti di laut dan di darat. Ada 3 hal yang penting menyangkut sifat angin yaitu : kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin.

Angin memiliki hubungan yang erat dengan sinar matahari karena daerah yang terkena banyak paparan sinar mentari akan memiliki suhu yang lebih tinggi serta tekanan udara yang lebih rendah dari daerah lain di sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran udara. Angin juga dapat disebabkan oleh pergerakan benda sehingga mendorong udara di sekitarnya untuk bergerak ke tempat lain.

 

Angin buatan dapat dibuat dengan menggunakan berbagai alat mulai dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana angin dapat kita ciptakan sendiri dengan menggunakan telapak tangan, kipas sate, koran, majalah, dan lain sebagainya dengan cara dikibaskan. Sedangkan secara rumit angin dapat kita buat dengan kipas angin listrik, pengering tangan, hairdryer, pompa ban, dan lain sebagainya.Secara alami kita bisa menggunakan mulut, hidung, lubang dubur, dan sebagainya untuk menciptakan angin.

 

Udara dapat membawa partikel bau dari suatu zat sehingga angin dapat membawa bau atau aroma mulai dari aroma yang sedap hingga aroma yang tidak sedap di hidung kita. Bau masakan, bau amis, bau laut, bau sampah, bau bensin, bau gas, bau kentut, bau kotoran, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh bau yang dapat dibawa angin.

 

1.2 Tujuan

Tujuan dari laporan praktikum angin sebagai berikut :

1. Mengetahui penyebab terjadinya angin.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan angin.

3. Mengetahui alat yang digunakan untuk mengukur angin.

 

 

II. PEMBAHASAN

 

Angin merupakan fenomena keseharian yang selalu dirasakan. Secara sederhana, angin diartikan sebagai massa udara yang bergerak dari suatu tempat ke tempat lain. Dari mana dan menuju ke manakah angin itu bergerak? Tiupan angin terjadi jika di suatu daerah terdapat perbedaan tekanan udara, yaitu tekanan udara maksimum dan minimum. Angin bergerak dari daerah bertekanan udara maksimum ke minimum.

 

Misalnya, pada Desember, matahari sedang berada di Belahan Bumi Selatan (BBS), contohnya Benua Australia. Oleh karena pengaruh sinar matahari, udara di Benua Australia akan memuai sehingga tekanannya menjadi rendah (minimum). Adapun di Belahan Bumi Utara (BBU), Benua Asia, pada Desember sedang mengalami musim dingin sehingga tekanan udaranya tinggi (maksimum). Akibat perbedaan tekanan udara tersebut, bergeraklah massa udara (angin) dari Benua Asia ke Benua Australia.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, Anda mengenal beberapa jenis angin. Penamaan angin bergantung dari arah mana angin itu bertiup. Misalnya, jika datangnya dari arah gunung disebut angin gunung, dan jika datangnya dari arah timur disebut angin timur.

 

1) Angin Passat (Trade Wind)

Angin Passat adalah angin yang bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Angin ini berasal dari daerah maksimum subtropik menuju ke daerah minimum ekuator. Sesuai dengan hukum Buys Ballot yaitu karena pengaruh gaya Corriolis (rotasi bumi), angin di belahan bumi utara berbelok ke arah kanan dan di belahan bumi selatan bergerak ke arah kiri. Angin Passat yang datangnya dari arah timur laut (di daerah iklim tropika di belahan bumi utara) disebut angin Passat Timur. Adapun Angin Passat yang bertiup dari arah tenggara disebut Angin Passat Tenggara.

 

2) Angin Anti-Passat

Udara di atas daerah ekuator yang mengalir ke daerah kutub dan turun di daerah maksimum subtropik merupakan Angin Anti-Passat. Di belahan bumi utara disebut Angin Anti-Passat Barat Daya dan di belahan bumi selatan disebut Angin Anti-Passat Barat Laut. Pada daerah sekitar lintang 20°–30° LU dan LS, Angin Anti-Passat kembali turun secara vertikal sebagai angin yang kering. Angin kering ini menyerap uap air di udara dan permukaan daratan. Akibatnya, terbentuk gurun di muka bumi, misalnya gurun di Saudi Arabia, Gurun Sahara (Afrika), dan gurun di Australia.

 

3) Angin Barat (Westerlies)

Angin Barat adalah angin yang selalu berembus dari arah barat sepanjang tahun pada daerah garis lintang 35°LU–60°LU dan 35°LS–60°LS. Angin barat yang lebih stabil dan teratur adalah di daerah 40°LS–60°LS, karena daerah ini letaknya lebih luas sehingga udaranya relatif merata. Pengaruh Angin Barat di belahan bumi utara tidak begitu terasa karena hambatan dari benua. Di belahan bumi Selatan pengaruh Angin Barat ini sangat besar, terutama pada daerah 60° LS. Di sini bertiup Angin Barat yang sangat kencang dan oleh pelaut-pelaut disebut roaring forties.

 

4) Angin Timur Kutub (Polar Easterlies)

Di daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan bumi terdapat daerah dengan tekanan udara maksimum. Kemudian dari daerah ini mengalirlah angin ke daerah minimum subpolar (60° LU/LS). Angin ini disebut angin Timur. Angin Timur bersifat dingin karena berasal dari daerah kutub.

 

5) Angin Muson (Monsun)

Angin Muson adalah angin yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun. Umumnya pada setengah tahun pertama bertiup angin darat yang kering dan setengah tahun berikutnya bertiup angin laut yang basah. Pada April–Oktober di Asia mengalami tekanan udara minimum sedangkan di Afrika Selatan dan Australia mengalami tekanan udara maksimum. Pada saat itu mengalir angin musim dari afrika bagian selatan dan Australia menuju ke Asia. Semakin ke timur curah hujan semakin berkurang karena kandungan uap airnya semakin sedikit. Angin musim ini diberi nama angin Muson Barat.

 

Pada Oktober–April matahari terdapat di belahan bumi selatan. Di Afrika Selatan dan Australia mengalami tekanan udara minimum, sedangkan di Asia mengalami tekanan udara maksimum. Angin berembus dari Asia ke Afrika Selatan dan Australia. Angin itu merupakan angin yang banyak membawa uap air dari Samudera Pasifik sehingga bagi Indonesia saat itu turun hujan. Oleh karena tidak melewati lautan yang luas maka angin ini tidak banyak mengandung uap air. Oleh karena itu pada umumnya di Indonesia terjadi musim kemarau, kecuali pantai barat Sumatra, Sulawesi Tenggara, dan pantai Selatan Papua. Angin musim ini diberi nama angin Muson Timur.

Antara kedua musim tersebut ada musim yang disebut musim pancaroba. Adapun ciri-ciri musim pancaroba, yaitu udara terasa panas, arah angin tidak teratur, dan terjadi hujan secara tiba-tiba dalam waktu singkat, serta turun hujan dengan lebat.

 

6) Angin Lokal

Di samping angin musim, di Indonesia juga terdapat angin lokal (setempat), yaitu sebagai berikut.

a) Angin Darat dan Angin Laut

Angin darat dan angin laut merupakan jenis angin yang biasa dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama penduduk yang menetap di daerah pesisir. Angin darat bertiup dari daratan menuju laut, sedangkan angin laut bergerak dari laut menuju darat.

 

Sesuai dengan hukum Buys Ballot, udara akan bergerak dari daerah bertekanan udara maksimum ke daerah minimum. Jadi pada malam hari bertiuplah angin dari darat menuju laut. Itulah yang dinamakan angin darat. Angin darat dimanfaatkan oleh para nelayan tradisional untuk pergi melaut pada malam hari.

 

Pada siang hari, daratan lebih cepat menerima panas dan lautan relatif lebih lambat. Hal tersebut menyebabkan daratan merupakan pusat tekanan rendah (minimum) dan lautan merupakan pusat tekanan tinggi (maksimum). Oleh karena itu, pada siang hari berembuslah angin dari laut menuju darat. Itulah yang dinamakan angin laut.

 

b) Angin Gunung dan Angin Lembah

Angin gunung merupakan jenis angin yang bergerak dari gunung menuju lembah, dan sebaliknya angin lembah bertiup dari lembah menuju gunung. Proses terjadinya angin gunung dan angin lembah tidak jauh berbeda dengan angin darat dan angin laut.

 

Pada pagi hari sampai kira-kira pukul 14.00, gunung atau pegunungan lebih cepat menerima panas matahari jika dibandingkan dengan lembah. Oleh karena itu, pada siang hari suhu udara di gunung atau pegunungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan lembah. Hal ini menyebabkan tekanan udara di gunung atau pegunungan relatif lebih rendah (minimum), sedangkan tekanan udara di lembah lebih tinggi sehingga berembuslah angin dari lembah menuju gunung. Itulah yang dinamakan angin lembah. Jadi, angin lembah terjadi pada pagi hari sampai menjelang sore hari.

 

Pada sore hari dan malam hari, terjadi kondisi yang sebaliknya. Di wilayah lembah, suhu udaranya masih relatif tinggi dibandingkan gunung atau pegunungan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum). Akibatnya, berembuslah angin arah gunung menuju lembah. Itulah yang dinamakan angin gunung. Suasana kedua angin ini akan sangat terasa jika Anda berada di wilayah kaki gunung atau pegunungan.

 

c) Angin Jatuh

Angin jatuh disebut juga angin fohn. Fohn adalah angin jatuh atau turun yang kering dan panas. Angin sejenis ini pada awalnya diketahui di lereng pegunungan Alpina Utara. Angin sejenis ini pada daerah tersebut dinamakan angin fohn yaitu angin kering yang bergerak menuruni lereng pegunungan. Dilihat dari proses terjadinya, angin jatuh sebenarnya hampir sama dengan angin gunung. Faktor yang membedakan antara angin jatuh dan angin gunung terletak pada sifat-sifatnya.

 

Sebagian besar angin jatuh bersifat kering dan panas. Hal ini terjadi jika angin jatuh bertiup dari daerah yang memiliki temperatur lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang didatangi. Contoh angin jatuh yang terdapat di Indonesia, antara lain Angin Wambraw (Biak), Bahorok (Deli), Kumbang (Cirebon), Gending (Pasuruan), dan Brubu (Makassar). Angin ini juga dapat bersifat kering dan dingin jika angin bergerak dari puncak pegunungan yang tinggi, misalnya Angin Mistral di pantai selatan Prancis, Angin Bora di pantai Samudra Atlantik, dan Angin Scirocco di pantai Laut Adriatik.

 

Ada beberapa hal yang memengaruhi terjadinya angin:

1.     Gradien barometris

Gradien barometris adalah angka yang menunjukkan tekanan udara. Makin besar gradien barometris, makin cepat angin bertiup.

2.     Letak tempat

Angin di daerah sekitar khatulistiwa seperti Indoensia bergerak lebih cepat dibanding angin di kutub.

3.     Ketinggian tempat

Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin cepat angin bertiup. Ini disebabkan pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di permukaan tanah, angin tak begitu cepat sebaba terhalang oleh bangunan, pohon, dan benda-benda lainnya.

4.     Waktu

Angin di siang hari bergerak lebih cepat dari pada angin malam. Ini karena suhu udara di siang hari lebih panas dibanding malam hari.

Pada tahun 1450 Leon Battista Alberti berhasil menemukan alat ukur angin untuk mengukur besarnya tekanan angin. Di mana alat ukur angin Anemometer tersebut dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.

1. Anemometer Sederhana

Alat ukur angin tidak harus selalu canggih. Ada yang memiliki bentuk sederhana, bahkan dapat Anda buat sendiri. Alat ukur ini hanya berupa kain dengan bentuk lingkaran yang memanjang atau silinder corong. Cara menggunakannya hanya dengan mengikatnya pada tiang yang berdiri. Alat ukur angin ini juga merupakan alat ukur tradisional untuk membantu mengetahui arah angin.

2. Anemometer Termal

Ini dia alat pengukur kecepatan angin yang sudah terbilang canggih. Dilengkapi alat khusus seperti sensor yang dimanfaatkan untuk menghitung jumlah kalor atau panas yang berpindah pada daerah di sekitar sensor. Panas inilah yang menjadi acuan dari kecepatan angin. Prinsip kerjanya mengikuti prinsip kerja tabung pilot.

3. Anemometer Mangkok

Alat ukur angin ini memiliki 3 atua 4 mangkok yang terpasang pada ujung jari-jari berporos. Setiap mangkok akan menghadap ke arah melingkar yang sama. Tujuannya agar mangkok-mangkok tersebut akan berputar pada arah yang tetap pada saat tertiup angin. Untuk memudahkan hitungan putarannya, salah satu mangkok dari anemometer akan diberi tanda atau ciri tertentu.

Pengukuran angin dapat menggunakan kincir angin atau Anemometer. Cara kerjanya adalah baling-baling pada kincir angin akan berputar saat angin berhembus. Semakin besar hembusannya, maka kecepatan angin semakin tinggi dan tekanannya semakin kuat. Untuk Anemometer, biasanya menggunakan kincir angin berbentuk corong. Anemometer akan mengukur dan menampilkan langsung kecepatan angin secara otomatis dalam bentuk angka.

Saat ini, sudah ada alat pengukur yang dapat mengukur kecepatan dan tekanan angin secara bersamaan kemudian mencatat hasil pengukurannya kedalam memori sehingga dapat dikumpulkan menjadi data. Alat tersebut bernama Wind Data Logger atau Data Logger Angin. Data Logger angin menggunakan prinsip kerja seperti Anemometer kemudian menambahkan proses pengumpulan hasil pengukuran kedalam memori internal. Data Logger Angin dapat mengukur kecepatan dan arah angin secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama. Contoh dari alat ukur angin adalah RM YOUNG 05305 Wind Monitor Logger.

Pengamatan terhadap  dilakukan pada setiap siang hari. Hasil pembacaan periode kedua dikurangi dengan pembacaan pengamatan awal. Selisih dari hasil pengurangan adalah ukuran jarak tempuh angin total selama periode pengamatan. Pengamatan dilakukan pada jam 14.00 WIB. Angka pengamatan jam 14.00 WIB periode kedua dikurangi angka pengamatan jam 14.00 WIB hari kemarin.

 

Cara Perhitungan Angin/Evatranspirasi

Data Rekapan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

Minggu            Kecepatan Angin (m/s)          Suhu rata-rata harian(°C)

ke-

Tanpa Pematah

Pematah Angin

Pematah Angin

Tanpa Pematah

1

0,6

0,55

36

35

2

1,48

1,38

40

38

3

0,92

0,63

40

39

4

1,08

0,18

41

39

Rerata

1,02

0,69

39,3

37,8

 

Kecepatan angin mempengaruhi proses evapotranspirasi, evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses evaporasi dan transpirasi. Semakin cepat kecepatan angin maka proses evapotranspirasi juga berlangsung cepat. Untuk mengurangi kecepatan angin digunakan pematah angin pada lahan pertanian, pematah angin dapat berupa benda mati seperti pagar atau dapat berupa vegetasi pohon besar seperti pohon jati dan tanaman tahunan lainnya. Untuk mengetahui besarnya evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus Blaney-Cridle.

Rumus Blaney-Cridle :

Etc = c [p(0,46T+8)] mm/hari

Dengan :

Etc = Evapotranspirasi crop

T = Suhu rata-rata harian (ºC)

P = Rata-rata persentase dari jumlah jam siang tahunan, besarnya didapat dari tabel, dicari berdasarkan bulan dan letak lintang

C = Koefesiensi tanaman tahunan (jagung = 0,6)

Prosedur Rumus Blaney-Cridle :

1. Cari letak lintang

2. Tentukan nilai P dari tabel

3. Cari suhu rata-rata bulanan

4. Tentukan nilai C dari tabel

5. Hitunglah nilai Etc seperti pada rumus

 

Besar evapotranspirasi dengan pematah angin

Didapat : T = 39,3ºC ; P = 0,28 ; C = 0,6

Etc = C [P(0,46T+8)] mm/hari

= 0,6[0,28(0,46X39,3+8)] mm/hari

= 0,6[0,28(26,078)] mm/hari

= 0,6(7,30184) mm/hari

= 4,381 mm/hari

 

Besar evapotranspirasi tanpa pematah angin

Didapat : T = 37,8ºC ; P = 0,28 ; C = 0,6

Etc = C [P(0,46T+8)] mm/hari

= 0,6[0,28(0,46X37,8+8)] mm/hari

= 0,6[0,28(25,388)] mm/hari

= 0,6(7,10864) mm/hari

= 4,265 mm/hari

Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa suhu juga mempengaruhi proses evapotranspirasi. Suhu yang besar akan mempercepat proses evapotranspirasi. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan menggunakan rumus Blaney-Cridle dimana pada suhu 39,3ºC diperoleh besar evapotranspirasi 4,381 mm/hari dan pada suhu 37,8ºC diperoleh evapotranspirasi sebesar 4,265 mm/hari.

Kecepatan Angin

Kecepatan angin adalah jarak tempuh angin atau pergeraakan udara per satuan waktu dan dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d), kilometer per jam (km/j), dan mil per jam (mi/j). Satuan mil (mil laut) per jam disebut juga knot (kn); 1 kn = 1,85 km/j = 1,151mi/j = 0,514 m/d atau 1 m/d = 2,237 mi/j = 1,944 kn. Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah, sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin cepat.

 

III. KESIMPULAN

 

Kesimpulan yang didapat dari laporan praktikum angin sebagai berikut :

 

  1. Angin terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara dan perbedaan suhu udara pada suatu daerah atau wilayah tertentu serta besar kecilnya energi panas yang diterima oleh bumi.
  2. Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, yaitu letak geografis, ketinggian tempat, waktu, dan gradien tekanan.
  3. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur angin diantaranya anemometer atau anemograf untuk mengukur kecepatan angin dan wind vane untuk mengukur arah angin,dll.

Posting Komentar untuk "LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI - ANGIN "