ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA
ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA (LIGHT INTENSITY
METER)
(Laporan Praktikum Instrumentasi)
Oleh:
Kelompok 2
Ayu Wida Kuswara 1654071012
Basri
Wahyu Utomo 1614071054
Ridho
Nurrohmansyah 1614071050
Yuyun Ari
Trisnawati1614071038
JURUSAN
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Listrik, selalu berhubungan dengan
kehidupan kita sehari-hari. Dari kegiatan
rumah tangga sampai kegiatan kantor, kita membutuhkan listrik untuk
menghidupkan alat-alat elektronik yang kita miliki. Pada listrik biasanya
terdapat arus, tegangan dan hambatan. Biasanya pada hambatan ada yang sudah
diketahui dan ada yang belum diketahui. Jembatan wheatsone merupakan suatu alat
yang digunakan untuk mengetahui besar nilai suatu hambatan yang belum diketahui
nilainya.
Seiring perkembangan zaman kemajuan demi
kemajuan akan terjadi yang
berhubungan dengan teknik yang memerlukan keakuratan pengukuran intensitas
cahaya, sebagai contoh
pengambilan foto dan pembuatan rangkaian elektronik. Film dalam sebuah kamera harus menerima
cahaya dalam jumlah yang tepat supaya diekspos dengan tepat. Untuk mendapatkan
gambar yang bagus diperlukan alat ukur intensitas cahya (Light intensity meter).
2.1. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara membuat rangkaian
ligth intensity meter.
2. Mengetahui kegunaan rangkaian ligth intensity meter.
3. Dapat menghitung intensitas cahaya dan menetahui fungsi LDR.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Pengukur cahaya atau sering di
sebut Light meter adalah alat yang di
gunakan untuk mengukur intensitas cahaya atau mengukur jumlah cahaya yang masuk
melalui alat ini, dalam fotografi, pengukur cahaya di gunakan untuk menentukan
pembukaan. Di berikan kecepatan film dan kecepatan ran, alat ini akan menunjukkan
f-stop yang akan memberikan sebuah pembukaan yang netral. Beberapa sistem
pengukur cahaya yang paling umum di gunakan adalah menggunakan selenium, CdS,
dan Silikon (Adhatya, 2011).
1. Spot Metering
2. Averange Metering
3. Center-Weighted Metering
4. Matrix Metering
Empat teknik ini adalah teknik yang di
gunakan oleh Alat Pengukur Cahaya atau Light
Meter (Braddy, 1994)
Average Metering merupakan teknik
pengukuran paling kuno dalam menggunakan alat pengukur cahaya cahaya atau Light meter. Hasil pengukuran teknik ini
adalah luminitas rata rata dari gambar yang di potret, sehingga hampir seluruh
objek yang ada di dalam ruang tangkap akan terlihat jelas. Detail tertentu akan
terlihat hanya jika memiliki tingkat liminitas sama dengan rata-rata gambar
(Braunl, 2006).
Spot Metering merupakan
salah satu teknik pengukuran dalam menggunakan alat pengukur cahaya cahaya atau
Light meter. Setiap bagian dari objek
akan memberikan hasil pengukuran berbeda. Average Metering akan membuat
pengukuran rata rata dari setiap bagian sehingga gambar yang di hasilkan dapat
memberikan detail rata rata dari keseluruhan objek. Untuk mendapatkan detail
tertentu secara maksimal, di gunakan lah spot metering. Bagian yang di abaikan
mendapat pengukuran yang salah sehingga detail nya akan menghilang
(Mulyono, 2002)
III.
METODOLOGI
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum mata kuliah instrumentasi dengan judul Alat Ukur Intensitas
Cahaya dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 September 2017 pukul 15.00-16.40 WIB di R.TEP2, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
pada Rangkaian Light Intensity Meter yaitu papan rangkaian, Op amp/IC 741,
potensiometer, fotosel, dua buah resistor 47kΩ, dua resistor
variabel 1MΩ, Voltmeter
dengan FSD 5V, dua soket, dan dua baterai 9 V.
3.3 .
Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahannya.
2. Dilihat
dan di pahami gambar rangkaiannya.
3. Di rangkaikan sesuai dengan
gambar.
4. Setelah rangkaian jembatan
wheatstone jadi ,mengatur resistor variabel ke 4,5 V(menyamakan dengan X).
5. Apabila voltmeter menunjukan
angka nol berarti telah setimbang.
6. Dikalibrasi dengan light meter
cahaya dengan menutup dan membukannya secara bersamaan dan membukannya dengan
bertahap.
7. Di catat angka angkanya baik pada
light meter milik kita dan pada ligth meter
Dihitung dengan rumus yang telah
tersedia.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
A. Pengamatan
Ligth Intensity Meter
Percobaan ke
|
Light
Intensity Meter (miliVolt
)
|
LMK ( Lux)
|
1
|
0.02
|
0.00
|
2
|
0.30
|
01.1
|
3
|
02.6
|
08.7
|
4
|
02.7
|
10.7
|
5
|
02.8
|
11.3
|
6
|
03.1
|
11.5
|
7
|
03.2
|
23.3
|
8
|
03.25
|
30.6
|
9
|
03.4
|
79.2
|
10
|
03.5
|
156.1
|
11
|
03.6
|
242
|
12
|
03.8
|
397
|
13
|
04.3
|
623
|
14
|
04.9
|
783
|
15
|
06.3
|
834
|
B. Grafik hasil percobaan
4,2
Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan perakitan rangkaian Light
intensity meter. Lighmeter yang dibuat ini akan menghasilkan suatu penyimpangan jarum yang sebanding dengan
intensitas cahaya yang mengenai fotodioda. Berdasarkan praktikum dan pengamatan
didapatkan data yang berbeda berdasarkan tingkat penyinaran. 15 percobaan pada Light Intensi Meter
dari cahaya sangat gelap hingga terang didapatkan data berturut-turut 0.02,
0.30, 02.6, 02.7 02.8, 03.1, 03.2, 03.25, 03.4, 03.5, 03.6, 03.8, 04.3, 04.9, 06.3
dalam satuan milivolt. Pada Lux Meter didapatkan data berturut-turut 0.00,
01.1, 08.7, 10.7, 11.3, 11.5, 23.3, 30.6. 79.2, 156.1, 242, 397, 623, 783, dan
834. Dari data tersebut pula didapatkan grafik yang meningkat sesuai dengan tingkat cahaya yang diterima. Semakin besar
intensitas cahaya yang diterima maka penyimpangan atau selisih angka pada
grafik semakin besar. Semakin besar cahaya yang diberikan maka semakin kecil
resistansi pada fotodioda.
Dalam merangkai rangkaian alat
ukur intensitas cahaya ini, kami menggunakan resistor sebagai penghambat arus
listrik, resistor variabel sebagai pengatur taraf isyarat analog (misalnya
pengendali suara pada peranti audio), dan sebagai pengendali masukan untuk
sirkuit rangkaian, lampu LED sebagai indikator rangkaian dapat berfungsi dengan
baik yang dgroundkan dan disambungkan dengan kabel silikon yang disusun dalam
papan rangkaian yang dirangkai sebagai upaya menyederhanakan alat ukur
intensitas cahaya yang rumit seperti lux meter menjadi rangkaian sederhana yang
dapat berfungsi sama baiknya dengan lux meter.
Rangkaian alat ukur intensitas
cahaya yang dirangkai menjadikan beban yang ingin dikendalikan tidak hanya
sebatas lampu LED saja tetapi bisa digunakan beban lain sesuai kebutuhannya
seperti resistor. Rangkaian alat ukur intensitas cahaya yang dirangkai lebih
sederhana dan sering ditemui, karena memang rangkaian alat ukur intensitas bisa
berkerja dengan penggunaan kompenen yang relatif sedikit dan sederhana. Rangkaian alat ukur intensitas cahaya diatas
menggunakan resistor sebagai alat perasa perubahan intensitas cahaya,
dimana resistor memiliki nilai
resistansi tidak berubah-ubah, sehingga tingkat intensitas cahaya yang
diterimanya hanya pada jangkau nilai resistansi resistor variabel itu saja.
Prinsip kerja dari rangkaian alat
ukur intensitas cahaya sebenarya sangat sederhana. Pembagian tegangan antara
resistor dan potensiometer merupakan inti dari rangkaian sensor cahaya diatas.
Kenaikan tegangan pada potensiometer akan mengurangi tegangan yang jatuh pada
resistor, begitupun sebaliknya kenaikan tegangan pada resistor akan mengurangi
tegangan jatuh pada potensiometer. Pembagian tegangan sesuai dengan rumus
pembagi tegangan yang berlaku pada rangkaian seri(Hendri,2015).
Penguat
operasional (Op-Amp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai dua masukan dan
satu keluaran. Penguat operasional (Op-Amp) dikemas dalam suatu rangkaian terpadu (integrated circuit-IC).
Salah satu tipe operasional amplifier (Op-Amp) yang populer adalah LM741. IC
LM741 merupakan operasional amplifier yang dikemas dalam bentuk dual in-line
package (DIP). Kemasan IC jenis DIP memiliki tanda bulatan atau strip pada
salah satu sudutnya untuk menandai arah pin atau kaki nomor 1 dari IC tersebut.
Penomoran IC dalam kemasan DIP adalah berlawanan arah jarum jam dimulai dari
pin yang terletak paling dekat dengan tanda bulat atau strip pada kemasan DIP
tersebut. IC LM741 memiliki kemasan DIP 8 pin.
Pada
IC ini terdapat dua pin input, dua pin power supply, satu pin output, satu pin
NC (No Connection), dan dua pin offset null. Pin offset null memungkinkan kita
untuk melakukan sedikit pengaturan terhadap arus internal di dalam IC untuk
memaksa tegangan output menjadi nol ketika kedua input bernilai nol. IC LM741
berisi satu buah Op-Amp, terdapat banyak tipe IC lain yang memiliki dua atau
lebih Op-Amp dalam suatu kemasan DIP. IC Op-Amp memiliki karakteristik yang
sangat mirip dengan konsep Op-Amp ideal pada analisis rangkaian. Pada
kenyataannya IC Op-Amp terdapat batasan-batasan penting yang perlu diperhatikan.
·
Pertama,
tegangan maksimum power supply tidak boleh melebihi rating maksimum, karena
akan merusak IC.
·
Kedua,
tegangan output dari IC op amp biasanya satu atau dua volt lebih kecil dari
tegangan power supply. Sebagai contoh, tegangan swing output dari suatu op amp
dengan tegangan supply 15 V adalah ±13V.
·
Ketiga,
arus output dari sebagian besar op amp memiliki batas pada 30mA, yang berarti
bahwa resistansi beban yang ditambahkan pada output op amp harus cukup besar
sehingga pada tegangan output maksimum, arus output yang mengalir tidak
melebihi batas arus maksimum.
Pada sebuah peguat operasional
(Op-Amp) dikenal beberapa istilah yang sering dijumpai, diantaranya adalah:
·
Tegangan
ofset masukan (input offset voltage) Vio menyatakan seberapa jauh v+ dan v terpisah untuk
mendapatkan keluaran 0 volt.
·
Arus
offset masukan (input offset current) menyatakan kemungkinan seberapa berbeda
kedua arus masukan.
·
Arus
panjar masukan (input bias current) memberi ukuran besarnya arus basis
(masukan).
·
Harga
CMRR menjamin bahwa output hanya tergantung pada (v+) – (v-), walaupun v+ dan
v- masing-masing berharga cukup tinggi.
Untuk menghindari keluaran yang
berosilasi, maka frekuensi harus dibatasi, unity gain frequency memberi
gambaran dari data tanggapan frekuensi. hal ini hanya berlaku untuk isyarat
yang kecil saja karena untuk isyarat yang besar penguat mempunyai keterbatasan
sehingga output maksimum hanya dihasilkan pada frekuensi yang relative rendah(Anonim,2013).
Perbedaan LDR dan Fotodioda yaitu
:
Ø
Berdasarkan
prinsip kerja
LDR :
Semakin tinggi intensitas cahaya
yang mengenai LDR, resitansinya semakin mengecil, begitu pula sebaliknya.
Photodioda
Ketika sebuah photon (satu satuan
energi dalam cahaya) dari sumber cahayadiserap, hal tersebut membangkitkan
suatu elektron dan menghasilkan sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah
elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole adalah bagian dari kisi-kisi
semikonduktor yang kehilangan elektron. Arah Arus yang melalui sebuah
semikonduktor adalah kebalikan dengan gerak muatan pembawa. cara tersebut
didalam sebuah photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon - menyebabkan
pembawa muatan (seperti arus atau tegangan) mengalir/terbentuk di bagian-bagian
elektroda
Ø
Berdasarkan
fungsi
LDR : Sebagai sensor cahaya
terang atau gelap
Photodioda : Sebagai sensor
cahaya pendeteksi jenis warna sesuai dengan gelombang atau frekuensinya.
Ø
Berdasarkan
karakteristik :
Karakteristik LDR terdiri dari
dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral.
1.
Laju
Recovery :
Bila
sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu
kedalam suatu ruangan yang gelap, maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi
dari LDR tidak akan segera berubah resistansinya pada keadaan ruangan gelap
tersebut. Namun LDR tersebut hanya akan bisa mencapai harga di kegelapan
setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju recovery merupakan suatu ukuaran
praktis dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.Harga ini
ditulis dalam K /detik, untuk LDR type arus harganya lebih besar dari 200 K /detik
(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux), kecepatan tersebut
akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat gelap ke
tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai resistansi
yang sesuai dengan level cahaya 400 lux.
2.
Respon
SpektralLDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa digunakan
sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja, emas, dan perak.Dari
kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar yang paling banyak digunakan
karena mempunyai daya hantar yang baik.
Photodioda
Sebuah photodioda, biasanya
mempunyai karakteristik yang lebih baik daripada phototransistor dalam responya
terhadap cahaya infra merah. Biasanya photo dioda mempunyai respon 100 kali
lebih cepat daripada phototransistor. Sebuah photodioda biasanya dikemas dengan
plastik transparan yang juga berfungsi sebagai lensa fresnel. Lensa ini
merupakan lensa cembung yang mempunyai sifat mengumpulkan cahaya.Lensa tersebut
juga merupakan filter cahaya, lebih dikenal sebagai ‘optical filter’, yang
hanya melewatkan cahaya infra merah saja.
Walaupun demikian cahaya yang
Nampak pun masih bisa mengganggu kerjsa dari dioda infra merah karena tidak
semua cahaya nampak bisa difilter dengan baik. Faktor lain yang juga
berpengaruh pada kemampuan penerima infra merah adalah‘active area’ dan ‘respond
time’. Semakin besar area penerimaan suatu dioda infra merah maka semakin besar
pula intensitas cahaya yang dikumpulkannya sehingga arus bocor yang diharapkan
pada teknik ‘reserved bias’ semakin besar. Selain itu semakin besar area
penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. Kelemahan area
penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin
besar pula.
Begitu juga dengan respon
terhadap frekuensi, semakin besar area penerimaannya maka respon frekuensinya
turun dan sebaliknya jika area penerimaannya kecil maka respon terhadap sinyal
frekuensi tinggi cukup baik.Respond time dari suatu dioda infra merah
(penerima) mempunyai waktu respon yang biasanya dalam satuan nano detik.
Respond time ini mendefinisikan lama agar dioda penerima infra merah merespon
cahaya infra merah yang datang pada area penerima. Sebuah dioda penerima infra
merah yang baik paling tidak mempunyai respond time sebesar 500 nano detik atau
kurang. Jika respond time terlalu besar maka dioda infra merah ini tidak dapat
merespon sinyal cahaya yang dimodulasi dengan sinyal carrier frekuensi tinggi
dengan baik. Hal ini akan mengakibatkan adanya data loss.Filter OptikalFilter
ini mempunyai dua fungsi yaitu sebagai lensa fresnel dan juga sebagai filter
cahaya yang masuk ke area penerimaan dioda infra merah. Biasanya terbuat dari
bahan polycarbonate,berbentuk cembung dan transparan. Filter opikal ini akan
membatasi cahaya-cahaya yang tidak diinginkan kecuali cahaya infra merah
sehingga tidak mengganggu sinyal cahaya infra merah yang diterima oleh
detektor/area penerima.Current to Voltage ConverterArus bocor yang dihasilkan
oleh detektor photodioda besarnya linier terhadap intensitas cahaya infra merah
yang dimasuk ke dalam area penerimaan. Oleh sebab itu arus ini harus dirubah ke
tegangan agar dapat didapatkan sinyalnya kembali.Photodiodes dibuat dari
semikonduktor dengan bahan yang populer adalah silicon( Si) atau galium
arsenida ( GaAs), dan yang lain meliputi InSb, InAs, PbSe. Material ini
menyerap cahaya dengan karakteristik panjang gelombang mencakup: 2500 Å - 11000
Å untuk silicon,8000 Å – 20,000 Å untuk GaAs. Ketika sebuah photon (satu satuan
energi dalam cahaya) dari sumber cahaya diserap, hal tersebut membangkitkan
suatu elektron dan menghasilkan sepasang pembawa muatan tunggal, sebuah
elektron dan sebuah hole, di mana suatu hole adalah bagian dari kisi-kisi
semikonduktor yang kehilangan elektron.
Arah Arus yang melalui sebuah semikonduktor
adalah kebalikan dengan gerak muatan pembawa. cara tersebut didalam sebuah
photodiode digunakan untuk mengumpulkan photon - menyebabkan pembawa muatan
(seperti arus atau tegangan) mengalir/terbentuk di bagian-bagian elektroda.
Photodioda digunakan sebagaipenangkap gelombang cahaya yang dipancarkan oleh
Infrared. Besarnya tegangan atau arus listrik yang dihasilkan oleh photodioda
tergantung besar kecilnya radiasi yang dipancarkan oleh infrared (
Anonim,2010).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang
didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Sistem pengukuran
cahaya di dalam sebuah kamera serta bisa diaktifkan pada lightmeter eksternal
adalah reflected lightmeter.
2.
Light meter di gunakan untuk mengukur intensitas
cahaya atau mengukur jumlah cahaya yang masuk melalui alat misalnya kamera
dll.
3. LDR
(Light Dependent Resistor) berfungsi untuk menghantarkan arus listrik jika
menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus
listrik
dalam
kondisi gelap.
3.
Semakin besar cahaya yang diberikan maka semakin kecil
resistansi pada fotodioda atau LDRnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adhatya, Wimas. 2011. Ilmu Dasar Elektronika.
Semarang : CV Toha Putra.
Anonim,2013.Ic721.https://www.google.co.id/2013/url?sa=t&source=web&rct=j&url=htt
p://elektronika-dasar.web.id/operasional-amplifier-op-amp-ic-lm741/&ved=0ahUKEwiJtZ2AxM7WAhUFtY8KHR3cDqcQFghJMAo&usg=AOvVaw2DqdOj5l8xTCrChGKbDhX.
Diakses pada
tanggal 30 September 2017 pukul 20.00 WIB.
Anonim.
2017. http://hendrisetiawan95.blogspot.co.id/2015/05/alat-ukur-intensitas-cahaya-light.html?m=1. Diakses pada tanggal 30
September 2017 pukul 20.00 WIB.
Anonim,2010. Perbedaan foodioda
dan LDR.http://ayo-baca-aja.blogspot.in/2010/01/ldr-dan-photodioda.html?m=1.
Diakses pada tanggal 30 September 2017 pukul 13.00 WIB
Braddy,
James. 1994. Modul Praktikum Instrumentasi dan Pengukuran. Erlangga. Jakarta
Braunl, Thomsa. 2006. Teori dan
Implementasinya.
Rineke Cipta. Jakarta.
Mulyono.
2002. Prinsip Kerja Alat Ukur Cahaya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Posting Komentar untuk "ALAT UKUR INTENSITAS CAHAYA "